(Keluarga Sentir-Setengah Kenthir)-Pesta Akhir Tahun
Menjelang natal dan tahun baru, keluarga Sentir ingin mengadakan makan bersama dengan mengundang tetangga-tetangga sekitar. Bunda Soka sudah menghubungi bu Rt Ratna Elnino untuk memberikan berita ini kepada masyakarat terdekat. Bu Rt sudah oke dan akan membantu apa saja jika diperlukan. Maklum saja jika bu Rt bersedia membantu, sebab selain bu Rt sangat bersahabat dengan bunda Soka, anak-anak Sentir juga memberi kebahagiaan tersendiri meskipun jika mau jujur, lebih banyak kacaunya daripada lempengnya. tetapi mereka sesungguhnya punya hati yang penuh kasih dan sayang, dan suka menolong. Itulah kelebihannya.
Dua hari menjelang hari natal, bunda memanggil anak-anak sentir untuk bekerjasama membersihkan rumah dan pekarangan. Semua ini dalam rangka menyambut tamu-tamu nanti di acara pesta. Rumah akan tampak bersih dan rapi, sehingga tetangga yang akan datang nantipun bisa nyaman.
"Nifisius, sini nak, lagi ngapain kok mojok kayak anak ayam kehujanan?"
Anak bunda satu ini memang jarang kumpul keluarga karena seringnya traveling keliling dunia. yang terakhir Nifisius mengunjungi negara Pakistan. Namun begitu pesawat mendarat di bandara internaisonal Jinnah, tiba-tiba saja ada pengumuman yang intinya bahwa pengunjung yang akan mengunjungi obyek wisata di Pakistan diharapkan untuk kembali ke negara masing-masing karena keadaan darurat perang.Nifisius awalnya bingung dan tidak mengerti karena pengumuman itu menggunakan bahasa Urdu.
"Dasar go block, mana gue tau ngomong pakai bahasa Urdu, di bandara internasional kok ngga memakai bahasa Inggris, hampir saja gue masuk, kalau kena bom gimana coba gue bisa lebur jadi abu".
Dengan masih ngomel-ngomel karena merasa rugi sudah mbayar banyak untuk ke Pakistan dan gnga jadi piknik, Nifisius narik-narik kopernya yang rodanya lepas satu sehingga ia kerepotan dengan posisi koper yang miring dan tidak bisa sempurna jalannya.
"Nak, ayo bantuin bunda bersih-bersih rumah, bagianmu nguras bak mandi, bersihin wc dan setelah semua bersih, penuhi bak mandi, setelah itu baru bantuin bunda belanja di pasar ya!"
"Bunda, kok pilih kasih sih, masa ya aku disuruh bersihin bagian paling berat, emoh aku, ora sudi!"
"Lho nak, kan hanya setahun sekali!"
"Iya bunda, aku mau asal Puput mau satu grup sama aku."
Bunda memenuhi permintaan Nifisius untuk memanggil Puput dan membantu tugas Nifisius membersihkan bak mandi.Tekwan yang paling nurut sama bunda, sedang bantuin bunda ngepel lantai, dan lap-lap segala macam perabot dan furniture. Tekwan sampai kemringet mengerjakan semua itu, dan dikit-dikit mbuka kulkas untuk nyomot sesuatu dan juga minum.
Ping Ping sibuk menghias ruangan dengan bunga-bunga hasil metik di kebun. Ping Ping mengerjakan semua itu sambil menyanyi lagunya Jupe "aku rapopo", dasarnya memang melankolis. Tiba-tiba Tekwan mendekati Ping Ping dan merebut sekuntum bunga mawar warna merah, lalu seperti kebiasaan maju mundur cantik....maju mundur cantik. Ping Ping sewot mawar trindahnya diambil Tekwan, langsung saja tangannya mendorong Tekwan yang kecil sampai jatuh tersungkur. Satu vas bunga kesayangan bunda hancur berantakan ikut jatuh bersama Tekwan. Bunda emosi jiwa mendekat keduanya.
"Kalian ini ya, bukannya membantu malah bikin kacau dan menghancurkan vas bunga kesayanganku, bunda tobat bener sama kalian yang ngga mau akur, tiap hari ada saja ulah kalian yang bikin bunda sedih."
"Maaf bunda, Tekwan tuh yang cari gara-gara!"
"Apa, aku kenapa?", wong aku cuma maju mundur cantik kok disalahin melulu, dasar mbak Ping Ping payah".
Ikhasur yang dari tadi sibuk di dapur tidak pedulikan kejadian yang ada di ruang tamu. Justru ini kesempatan untuk mencomot bakwan yang sudah mateng.
"Ikhaaaaaaaaa...lho tadi bakwannya penuh, kok sekarang tinggal separo, ditaruh di mana nak bakwan yang sudah mateng tadi?"
Ikha diam saja sebab mulutnya sebenarnya penuh bakwan yang belum sempat ketelen tetapi bunda keburu darang dan masuk dapur. Ikhasur diem saja sambil diam-diam mengunyah dan menelan dengan paksa.Tiba-tiba saja Ikhasur setengah kejang, sambil matanya melotot dan tangan melambai-lambai tanpa mengeluarkan suara.
"Nak...kamu itu kenapa lho ya, kok malah kayak orang ayan?"
Bunda mulai panik tingkat tinggi, belum pernah lihat Ikha dalam keadaan seburuk itu. Ikha adalah anaknya yang paling sehat dan penuh gizi karena bunda selalu penuh perhatian dengan anak satu ini.
"Nippppppp...tolong Nipppp ini adikmu mendadak kejang-kejang, tolong panggil bu dokter Meita!"
"Little little to me, little little to me, bundaaa, lha kok manggilnya dokter Meita, kan Ikhasur tidak punya gangguan jiwa, dokter Meita kan specialis penyakit jiwa to bun?"
"Ya biarinlah, panggil dokter Meita yang paling dekat, biar cepat ditolong, semua dokter pastinya bisa sembuhin penyakit!"
Nifisius ngga minat untuk debat sama bunda Soka dan langsung ke rumah dokter Meita. Sengaja jalannya dilama-lamaain agar Puput bisa menyelesaikan tugasnya menguras kamar mandi. Jadi kalau Nifisius datang, sudah tinggal sedikit lagi pekerjaannya.
"Huekkk..huekkkk...sorrrrrrrr", semua bakwan yang ada di tenggorokan Ikhasur keluar tumpah di lantai setelah punggungnya digebug-gebug sama dokter Meita.
Tekwan naik pitam dikarenakan tugas ngepelnya belum selesai, Ikhasur sudah mengotori lantainya lagi. Bunda geram dalam hati, tetapi daripada bikin masalah, bunda menyuruh Ikhasur beristirahat dan tidur di kamarnya sampai acara dimulai.
"Tuh kan, gampang obatnya, setannya keluar dari mulut Ikhasur", asal digebug dari belakang, setan pasti takut!"
Dokter meita memberi saran kepada bunda Soka agar sering sering memberi Ikha minuman air putih sebanyak-banyaknya.
"Ini air putih dalam ember sudah aku kasih jampi-jampi", kata dokter Meita.
Bu Rt Elnino menengok sebentar ke rumah bunda Soka sebab mendengar keributan. Namun bunda Soka menjelaskan dan bu Rt segera memaklumi ulah anak-anak bunda Soka.
"Bu....Didot, Mamat, Dian ke mana ya dari tadi tidak tampak?"
"Mereka bertiga aku suruh beli beras , kelapa dan minyak, paling sebentar lagi juga nyampe kok bu Rt, memang ada apa mencari mereka bertiga?"
"Ngga apa-apa, hanya pesan saja nanti kalau sudah sampai, tolong mereka disuruh ambil tikar di rumahku untuk digelar di acara nanti, dan sekalian mamat menjemput mamah Nyuci yang akan kasih ceramah nanti malam ya, kan rumah mamah Nyuci agak jauh dan perlu jemputan!"
"Iya bu Rt, nanti saya bilang ke anak-anak".
Bu Rt pulang dan segera membereskan beberapa tugasnya yang sempat tertunda. Didot, Mamat, Dian yang disuruh ke pasar, ternyata malah menggunakan kesempatan itu untuk melihat panggung terbuka yang ada di samping pasar. Penyanyi dangdut yang merupakan kesukaan mereka ternyata sedang manggung. Alam duet dengan Marshanda sedang menyanyikan lagu mbah dukun tetapi dengan gaya sok rocker gitu. Mamat, Didot, Dian kegirangan jingkrak-jingkrak di depan panggung.Hari telah menjelang sore. Mamat, Didot, Dian membawa belanjaan yang berat itu sambil ngedumel dan segera menaruh belanjaan di dapur.Belum juga bernafas, bunda sudah menyuruh mereka bertiga ke rumah bu Rt dan menjemput mamah Nyuci.
Mbah Gunung Wartadi kebetulan sedang dolan-dolan ke Bali. Dasar orang tua satu ini, ikut-ikutan anak muda saja, lha acara anak-anak muda mau ke hard rock kafe di Kuta, kok ikut-ikutan saja. Padahal nyampe di Bali, cuma nongkrong di warung nasi. Wahid juga ngga bisa hadir di acara pesta karena sedang mengikuti balap sepeda internasional di Sentul. Bunda sangat bangga dengan Wahid atas prestasinya itu yang nanti akan diceritakan dalam acara pesta agar tetangga pada tau.
Tepat jam 7 malam acara di mulai. Sebelum acara makan malam di hidangkan, mamah Nyuci memberikan beberapa nasehat kepada semua yang hadir. Juga mengingatkan agar senantiasa waspada terhadap gejala modernisasi yang semakin menggila dan membuat orang autis. Sambil membalas BBM dari hp adroidnya, mamah Nyuci melanjutkan ceramahnya."Hadirin rahimakumullah, kita semua harus rajin bekerja ya, pokoknya kerja....kerja...kerja.....ucapkan 3 kali sehari sesuai petunjuk saya ini. Jika kita malas, kita bisa dijajah Jepang. Coba, orang Jepang itu tiap hari kerja..kerja..kerja, beda dengan kita orang Indonesia, sekolah....sekolah....sekolah, lhaaaaaa..sekolah terus kapan kerjanya, iya to Na/Kha/Nip/Rin/Put?"
"Makanya saya itu tidak bosan-bosannya menasihati kalian agar sadar, dan menjadi orang yang baik hati, suka menolong dan menghormati tuan rumah alias ibu Soka yang telah bersusah payah memberikan hidangan yang lezat, seperti yang ada di hadapan hadirin semua, ada mendoan anget, bakwan, pisang goreng, dan mumpung masih anget semua, mari segera disantap bersama-sama, jangan lupa sebut nama Allah dengan mengucap basmallah sebelum makan!" Selamat natal dan tahun baru, wujudkan toleransi di antara kita semua, wassalamualaikum!"
"Kepada ibu Soka, kami semua mengucapkan banyak terima kasih atas undangan ini, semoga pesta akhir tahun di rumah bu Soka ini membawa berkah bagi semua yang hadir di sini, sehingga tahun depan yang tinggal beberapa hari ini, akan lebih baik daripada tahun ini", juga para hadirin jangan lupa untuk mendoakan anak-anak Sentir menjadi anak-anak yang berbakti!"
Setelah mamah Nyuci selesai pidato, hadirin segera dengan sigap menyomoti makanan satu demi satu. Bu Rt sampai bingung karena setiap mau nyomot sudah keduluan orang lain, dan gagal untuk menikmati makanan. Dokter Meita yang orang kaya di Rt 05 ini, malah tidak jaim jaim membungkus beberapa makanan pakai tissu dan memasukkan ke tasnya. bu Rt lirik-lirik ke dokter Meita sambil menyikut bu Soka dengan maksud agar bu Soka melihat kalau dokter Meita membawa makanan untuk dibawa pulang.Anak-anak sentir malah asik ngiderin kotak amal, dengan harapan para hadirin memasukkan sedikit uang ke dalam kotak amal yang memang sengaja dibikin oleh anak-anak Sentir tadi siang.
Melihat aksi anak-anaknya, bunda Soka pingsan seketika.

Dua hari menjelang hari natal, bunda memanggil anak-anak sentir untuk bekerjasama membersihkan rumah dan pekarangan. Semua ini dalam rangka menyambut tamu-tamu nanti di acara pesta. Rumah akan tampak bersih dan rapi, sehingga tetangga yang akan datang nantipun bisa nyaman.
"Nifisius, sini nak, lagi ngapain kok mojok kayak anak ayam kehujanan?"
Anak bunda satu ini memang jarang kumpul keluarga karena seringnya traveling keliling dunia. yang terakhir Nifisius mengunjungi negara Pakistan. Namun begitu pesawat mendarat di bandara internaisonal Jinnah, tiba-tiba saja ada pengumuman yang intinya bahwa pengunjung yang akan mengunjungi obyek wisata di Pakistan diharapkan untuk kembali ke negara masing-masing karena keadaan darurat perang.Nifisius awalnya bingung dan tidak mengerti karena pengumuman itu menggunakan bahasa Urdu.
"Dasar go block, mana gue tau ngomong pakai bahasa Urdu, di bandara internasional kok ngga memakai bahasa Inggris, hampir saja gue masuk, kalau kena bom gimana coba gue bisa lebur jadi abu".
Dengan masih ngomel-ngomel karena merasa rugi sudah mbayar banyak untuk ke Pakistan dan gnga jadi piknik, Nifisius narik-narik kopernya yang rodanya lepas satu sehingga ia kerepotan dengan posisi koper yang miring dan tidak bisa sempurna jalannya.
"Nak, ayo bantuin bunda bersih-bersih rumah, bagianmu nguras bak mandi, bersihin wc dan setelah semua bersih, penuhi bak mandi, setelah itu baru bantuin bunda belanja di pasar ya!"
"Bunda, kok pilih kasih sih, masa ya aku disuruh bersihin bagian paling berat, emoh aku, ora sudi!"
"Lho nak, kan hanya setahun sekali!"
"Iya bunda, aku mau asal Puput mau satu grup sama aku."
Bunda memenuhi permintaan Nifisius untuk memanggil Puput dan membantu tugas Nifisius membersihkan bak mandi.Tekwan yang paling nurut sama bunda, sedang bantuin bunda ngepel lantai, dan lap-lap segala macam perabot dan furniture. Tekwan sampai kemringet mengerjakan semua itu, dan dikit-dikit mbuka kulkas untuk nyomot sesuatu dan juga minum.
Ping Ping sibuk menghias ruangan dengan bunga-bunga hasil metik di kebun. Ping Ping mengerjakan semua itu sambil menyanyi lagunya Jupe "aku rapopo", dasarnya memang melankolis. Tiba-tiba Tekwan mendekati Ping Ping dan merebut sekuntum bunga mawar warna merah, lalu seperti kebiasaan maju mundur cantik....maju mundur cantik. Ping Ping sewot mawar trindahnya diambil Tekwan, langsung saja tangannya mendorong Tekwan yang kecil sampai jatuh tersungkur. Satu vas bunga kesayangan bunda hancur berantakan ikut jatuh bersama Tekwan. Bunda emosi jiwa mendekat keduanya.
"Kalian ini ya, bukannya membantu malah bikin kacau dan menghancurkan vas bunga kesayanganku, bunda tobat bener sama kalian yang ngga mau akur, tiap hari ada saja ulah kalian yang bikin bunda sedih."
"Maaf bunda, Tekwan tuh yang cari gara-gara!"
"Apa, aku kenapa?", wong aku cuma maju mundur cantik kok disalahin melulu, dasar mbak Ping Ping payah".
Ikhasur yang dari tadi sibuk di dapur tidak pedulikan kejadian yang ada di ruang tamu. Justru ini kesempatan untuk mencomot bakwan yang sudah mateng.
"Ikhaaaaaaaaa...lho tadi bakwannya penuh, kok sekarang tinggal separo, ditaruh di mana nak bakwan yang sudah mateng tadi?"
Ikha diam saja sebab mulutnya sebenarnya penuh bakwan yang belum sempat ketelen tetapi bunda keburu darang dan masuk dapur. Ikhasur diem saja sambil diam-diam mengunyah dan menelan dengan paksa.Tiba-tiba saja Ikhasur setengah kejang, sambil matanya melotot dan tangan melambai-lambai tanpa mengeluarkan suara.
"Nak...kamu itu kenapa lho ya, kok malah kayak orang ayan?"
Bunda mulai panik tingkat tinggi, belum pernah lihat Ikha dalam keadaan seburuk itu. Ikha adalah anaknya yang paling sehat dan penuh gizi karena bunda selalu penuh perhatian dengan anak satu ini.
"Nippppppp...tolong Nipppp ini adikmu mendadak kejang-kejang, tolong panggil bu dokter Meita!"
"Little little to me, little little to me, bundaaa, lha kok manggilnya dokter Meita, kan Ikhasur tidak punya gangguan jiwa, dokter Meita kan specialis penyakit jiwa to bun?"
"Ya biarinlah, panggil dokter Meita yang paling dekat, biar cepat ditolong, semua dokter pastinya bisa sembuhin penyakit!"
Nifisius ngga minat untuk debat sama bunda Soka dan langsung ke rumah dokter Meita. Sengaja jalannya dilama-lamaain agar Puput bisa menyelesaikan tugasnya menguras kamar mandi. Jadi kalau Nifisius datang, sudah tinggal sedikit lagi pekerjaannya.
"Huekkk..huekkkk...sorrrrrrrr", semua bakwan yang ada di tenggorokan Ikhasur keluar tumpah di lantai setelah punggungnya digebug-gebug sama dokter Meita.
Tekwan naik pitam dikarenakan tugas ngepelnya belum selesai, Ikhasur sudah mengotori lantainya lagi. Bunda geram dalam hati, tetapi daripada bikin masalah, bunda menyuruh Ikhasur beristirahat dan tidur di kamarnya sampai acara dimulai.
"Tuh kan, gampang obatnya, setannya keluar dari mulut Ikhasur", asal digebug dari belakang, setan pasti takut!"
Dokter meita memberi saran kepada bunda Soka agar sering sering memberi Ikha minuman air putih sebanyak-banyaknya.
"Ini air putih dalam ember sudah aku kasih jampi-jampi", kata dokter Meita.
Bu Rt Elnino menengok sebentar ke rumah bunda Soka sebab mendengar keributan. Namun bunda Soka menjelaskan dan bu Rt segera memaklumi ulah anak-anak bunda Soka.
"Bu....Didot, Mamat, Dian ke mana ya dari tadi tidak tampak?"
"Mereka bertiga aku suruh beli beras , kelapa dan minyak, paling sebentar lagi juga nyampe kok bu Rt, memang ada apa mencari mereka bertiga?"
"Ngga apa-apa, hanya pesan saja nanti kalau sudah sampai, tolong mereka disuruh ambil tikar di rumahku untuk digelar di acara nanti, dan sekalian mamat menjemput mamah Nyuci yang akan kasih ceramah nanti malam ya, kan rumah mamah Nyuci agak jauh dan perlu jemputan!"
"Iya bu Rt, nanti saya bilang ke anak-anak".
Bu Rt pulang dan segera membereskan beberapa tugasnya yang sempat tertunda. Didot, Mamat, Dian yang disuruh ke pasar, ternyata malah menggunakan kesempatan itu untuk melihat panggung terbuka yang ada di samping pasar. Penyanyi dangdut yang merupakan kesukaan mereka ternyata sedang manggung. Alam duet dengan Marshanda sedang menyanyikan lagu mbah dukun tetapi dengan gaya sok rocker gitu. Mamat, Didot, Dian kegirangan jingkrak-jingkrak di depan panggung.Hari telah menjelang sore. Mamat, Didot, Dian membawa belanjaan yang berat itu sambil ngedumel dan segera menaruh belanjaan di dapur.Belum juga bernafas, bunda sudah menyuruh mereka bertiga ke rumah bu Rt dan menjemput mamah Nyuci.
Mbah Gunung Wartadi kebetulan sedang dolan-dolan ke Bali. Dasar orang tua satu ini, ikut-ikutan anak muda saja, lha acara anak-anak muda mau ke hard rock kafe di Kuta, kok ikut-ikutan saja. Padahal nyampe di Bali, cuma nongkrong di warung nasi. Wahid juga ngga bisa hadir di acara pesta karena sedang mengikuti balap sepeda internasional di Sentul. Bunda sangat bangga dengan Wahid atas prestasinya itu yang nanti akan diceritakan dalam acara pesta agar tetangga pada tau.
Tepat jam 7 malam acara di mulai. Sebelum acara makan malam di hidangkan, mamah Nyuci memberikan beberapa nasehat kepada semua yang hadir. Juga mengingatkan agar senantiasa waspada terhadap gejala modernisasi yang semakin menggila dan membuat orang autis. Sambil membalas BBM dari hp adroidnya, mamah Nyuci melanjutkan ceramahnya."Hadirin rahimakumullah, kita semua harus rajin bekerja ya, pokoknya kerja....kerja...kerja.....ucapkan 3 kali sehari sesuai petunjuk saya ini. Jika kita malas, kita bisa dijajah Jepang. Coba, orang Jepang itu tiap hari kerja..kerja..kerja, beda dengan kita orang Indonesia, sekolah....sekolah....sekolah, lhaaaaaa..sekolah terus kapan kerjanya, iya to Na/Kha/Nip/Rin/Put?"
"Makanya saya itu tidak bosan-bosannya menasihati kalian agar sadar, dan menjadi orang yang baik hati, suka menolong dan menghormati tuan rumah alias ibu Soka yang telah bersusah payah memberikan hidangan yang lezat, seperti yang ada di hadapan hadirin semua, ada mendoan anget, bakwan, pisang goreng, dan mumpung masih anget semua, mari segera disantap bersama-sama, jangan lupa sebut nama Allah dengan mengucap basmallah sebelum makan!" Selamat natal dan tahun baru, wujudkan toleransi di antara kita semua, wassalamualaikum!"
"Kepada ibu Soka, kami semua mengucapkan banyak terima kasih atas undangan ini, semoga pesta akhir tahun di rumah bu Soka ini membawa berkah bagi semua yang hadir di sini, sehingga tahun depan yang tinggal beberapa hari ini, akan lebih baik daripada tahun ini", juga para hadirin jangan lupa untuk mendoakan anak-anak Sentir menjadi anak-anak yang berbakti!"
Setelah mamah Nyuci selesai pidato, hadirin segera dengan sigap menyomoti makanan satu demi satu. Bu Rt sampai bingung karena setiap mau nyomot sudah keduluan orang lain, dan gagal untuk menikmati makanan. Dokter Meita yang orang kaya di Rt 05 ini, malah tidak jaim jaim membungkus beberapa makanan pakai tissu dan memasukkan ke tasnya. bu Rt lirik-lirik ke dokter Meita sambil menyikut bu Soka dengan maksud agar bu Soka melihat kalau dokter Meita membawa makanan untuk dibawa pulang.Anak-anak sentir malah asik ngiderin kotak amal, dengan harapan para hadirin memasukkan sedikit uang ke dalam kotak amal yang memang sengaja dibikin oleh anak-anak Sentir tadi siang.
Melihat aksi anak-anaknya, bunda Soka pingsan seketika.

Komentar
Posting Komentar