Seandainya Tidak Ada DPR


Begitu banyak anggaran yang mengalir ke tempat yang bernama DPR. Dalam pemilu 2009, merupakan pemilu yang paling banyak melibatkan caleg. Sebenarnya apa yang menjadi motivasi mereka untuk mencalonkan diri? Begitu gigihnya mereka para caleg itu bernarcis ria. Wajah-wajah terpampang di mana-mana, dengan slogan-slogan yang meyakinkan.

Ternyata pendidikan tinggi dan kekayaan, bahkan orang-orang yang telah menjadi publik figurpun tidak menjamin mereka memiliki rasa malu, sedikit saja rasa malu. Malah tingkah polah mereka dalam menjual diri sangat norak, dan malu-maluin. Saya kira wajar saja kali ya mereka berebut dan berusaha mendapatkan posisi menjadi anggota DPR. Penghasilan seorang anggota DPR memang menggiurkan. Tapi memang hak setiap warga negara sih, asal jangan lupa, mereka itu dipilih oleh rakyat.

Dengan gaji pokoknya saja sekitar rp.15.510.000
Tunjangan listrik rp.5.496.000
Tunjangan Aspirasi : Rp 7.200.000
Tunjangan kehormatan : Rp 3.150.000
Tunjangan Komunikasi : Rp 12.000.000
Tunjangan Pengawasan : Rp 2.100.000
Total : Rp 46.100.000/bulan
Total Pertahun : Rp 554.000.000

Semua anggota DPR mendapatkan gaji yang sama,disamping pendapatan diatas, mereka masih mendapatkan gaji ke 13 yang bisa diterima setiap bulan Juni. Gaji ke 13 itu besarnya berkisar rp.16.400.000. Dan masih ada lagi dana penyerapan(reses) sebesar rp.31.000.000. Dalam satu tahun sidang ada empat kali reses, jika ditotal per tahun untuk dana penyerapan saja sudah sebesar rp.118.000.000.

Sementara, penghasilan yang bersifat sewaktu-waktu yaitu dana intensif pembahasan rancangan undang-undang dan honor melalui uji kelayakan dan kepatutan sebesar rp.5.000.000 per kegiatan. Dana kebijakan intensif legislative sebesar rp.1.000.000 per rancangan undang-undang.

Dengan demikian jumlah total yang diterima oleh seorang anggota legislative hampir mencapai 1 milyar rupiah per tahun. Pada tahun 2006, jumlah yang diterima setiap anggota sebesar rp.761.000.000 per tahun. Kemudian tahun 2007 naik menjadi 787.100.000 per tahun. Sangat fantastis. maka wajar jika mereka berusaha sebisa mungkin meraih kursi kedudukan sebagai dewan yang katanya "terhormat".

Setelah berhasil menjadi anggota dewan, maka tentu saja ada pelantikan. Nah untuk menyelanggarakan pelantikan anggota DPR itu menghabiskan biaya sebesar 46 milyar. Sangat pemborosan. Itu duit dari mana sekian banyaknya. KPU juga mengeluarkan biaya sebesar 11 milyar untuk biaya akomodasi bagi anggota DPR dalam rangka pelantikan tersebut.

Dan inilah total biaya untuk pelantikan wakil kita di Senayan rp 46.049milyar. Berikut adalah rincian anggaran yang berasal dari keuangan negara tersebut, bersumber dari Indonesia Budget Centre (IBC):

1. Anggaran KPU: Rp 11 miliar
Angka ini jauh lebih besar dari pelantikan tahun 2004 sebesar Rp 7 miliar, naik sebesar 36 persen. Untuk pelantikan ini, setiap anggota DPR menelan biaya sebesar Rp 15,89 juta.
- Biaya menginap di Hotel Sultan selama 4 hari @Rp4,2 juta x 692 orang =Rp 2,9 miliar
- Sewa kendaraan @Rp 63 juta x 4 hari =Rp 252 juta
- Biaya beli tas @Rp 167.000 x 692 =Rp 115 ,5 juta
- Uang saku @Rp 2 juta x 692 =Rp 1,38 miliar
- Biaya pakaian penjemputan (jas, jaket, batik, hem) = Rp 149 ,9 juta
Biaya lain-lain Rp 6,22 miliar guna membiayai konsumsi petugas lapangan, biaya transportasi anggota DPR dan DPD.

2. Anggaran DPR/Setjen: Rp 28, 504 miliar
- Perjalanan pindah ke Jakarta @Rp50,35 juta x 560 orang =Rp 28,2 miliar (dana ini dianggap tidak perlu, duplikasi)
- Bantuan logistik untuk petugas Polri selama 3 hari =Rp 138 juta (duplikasi dengan anggaran Polri)
- Biaya protokoler pelantikan = Rp 112 ,5 juta
- Honor rohaniawan = Rp 56,2 juta
3. Anggaran DPD/Setjen = Rp 6, 545 miliar (anggaran ini naik sekitar 17 persen atau Rp 949 juta dari DIPA awal sebesar Rp 5,6 miliar)
- Biaya pembuatan PIN @Rp 9 juta x 132 = Rp 1,2 miliar (dinilai terlalu mahal)
- Biaya orientasi sebelum dilantik @Rp 22,7 juta x 132 orang = Rp 3 miliar (duplikasi dengan orientasi KPU)
- Biaya purnatugas (transport dan akomodasi) @Rp 10,4 juta x 100 anggota =Rp 1,04 miliar
- Biaya pengambilan sumpah/janji @Rp 9,8 juta x 132 anggota = Rp 1,3 miliar

Dengan total anggaran Rp 46, 049 miliar, maka setiap anggota DPR dan DPD rata-rata menghabiskan Rp 66,54 juta.
Bayangkan saja, belum bekerja saja sudah menghabiskan uang begitu besarnya. Tanpa menghiraukan bagaimana masih banyaknya masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan, yang untuk makan saja sudah begitu berat dan apa adanya. Benar-benar tidak punya nurani.
Yang paling baru yaitu pembangunan gedung baru untuk DPR mencapai rp.1.8 triliun untuk 3 tahun anggaran. Luar biasa. Mereka butuh gedung baru dan tempat mewah untuk bekerja. Di luar sana, banyak gedung-gedung sekolah yang sederhana dan bahkan nyaris ambruk.
Menurut ketua badan anggaran DPR Harry Azhar Azis, kondisi gedung Nusantara I saat ini, sangat mengkhawatirkan. Mereka khawatir. Saat periode lalu di lantai 10, kalau ada gempa sudah goyang-goyang," katanya( ketawa dulu aku..)! Ini bego kali ya, yang namanya gempa ya jelas goyang-goyang, gimana sih lo?. Berdasarkan laporan yang dia terima, keretakan struktur bangunan Nusantara I terjadi pada lantai 12 ke atas. Ini diperparah dengan kemiringan gedung yang telah mencapai tujuh derajat dan ada kemungkinan bertambah.
Untuk yang terakhir( dibulan ini) mereka menyebut lagi 2 triliun untuk konstituen. Kreatif banget mereka ya? Paling-paling mereka juga yang membuat proposal-proposal menggelikan itu. Huh...menggelikan sekali kau! Ahh...sudah saja, ngga usah ditambah lagi. Sudah geli duluan!
Begitu banyaknya dana yang mengalir hanya untuk yang namanya anggota DPR. Belum lagi setelah mereka menjadi anggota DPR, berbagai fasilitas mewah diterimanya. Harapan masyarakat hanya sederhana, dengarlah aspirasi masyarakat. Perhatikanlah kesejahteraan mereka. jangan hanya memikirkan kesejahteraan keluarganya saja.
Saat disumpah, mereka pasti sadar sesadar-sadarnya(kalau memang sadar),bahwa mereka adalah bekerja untuk rakyat, pelayan rakyat, digaji oleh rakyat. Bukan malah sebaliknya, tidak peduli dengan rakyat yang masih mengharapkan hidup lebih tentram dan sejahtera. Eh...malah keasikan menikmati hidup mewah yang sangat tidak masuk akal.
Sumber: www.kompas.com
www.tempointeraktif.com
www.detiknews.com
www.kabarinews.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jogja ohh...Jogja..! Part 1

Tahun 80-an (anak-anak Jogja).

Nama-nama Jepang dan Mengenal Huruf Jepang