Wagashi , 和菓子 JAPANESE SWEETS

Ngumpulin lagi catatan yang berceceran tentang Jepang. Setelah kemarin mencatat tentang beberapa makanan Jepang yang mendapatkan apresiasi khusus dari bangsa Jepang, kali ini saya ingin berbagi mengenai manisan Jepang. Terutama kue-kue yang manis.

Wagashi, atau kue-kue manis khas Jepang,  atau doces kalau bahasa Portugues. Ini khusus kue tradisional ya. Meski tradisional, penampilan kue-kue ini luar biasa cantik.

Juga sudah saya bahas kemarin bahwa Jepang masih nomor satu soal seni penampilan dibidang kuliner. Kue-kue manis yang disebut dengan wagashi ini , penampilannya juga sangat indah. Hingga sayang rasanya kalau mau dimakan begitu saja. Sekarang musti difoto dulu sebelum dimakan haha...

Wagashi ini adalah istilah untuk kue tradisional Jepang, yang menurut sejarah , dibuat pada masa Yayoi, ada sedikit mengadopsi dari Cina. Setelah masa Yayoi , wagashi terus dikembangkan , yaitu pada masa Meiji, namun menjadi populer sebenarnya pada masa Edo yaitu setelah Meiji.

Wagashi tetap dipertahankan untuk tetap menjadi bagian dari culture Jepang, sehingga tetap menjadi tradisional hingga sekarang. Kecantikan akan penampilannya merupakan nilai utama yang selalu dibanggakan bangsa Jepang, yang layak untuk dikenalkan ke seluruh dunia.

Dulu sekali wagashi disajikan di pesta para bangsawan dan istana kekaisaran sambil minum teh(macha). Namun sekarang, wagashi bisa ditemukan pada banyak perayaan, misalnya saja tahun baru (oshougatsu), meeting antar pengusaha dengan sambil minum teh, pernikahan,pemakaman, festival boneka (hinamatsuri), bulan purnama (otsukimi), hari anak laki(tango no sekku), bahkan sesaji sebagai persembahan kepada dewa-dewa di kuil.

Ada juga wagashi yang dikonsumsi untuk sehari-hari, tetapi ini umumnya lebih sederhana warnanya, dan desainnya. Di Jepang sangat umum dalam sebuah keluarga, meluangkan waktu sejenak untuk istirahat setelah makan siang(oyatsu), biasanya antara jam 14:00-15:00,  dan mereka menikmati wagashi dan minum teh hijau.

Awalnya kue-kue ini terbuat dari buah dan biji bijian, kemudian disebut okashi. Seperti saya biasanya juga menyebut kue dengan okashi. Karena wagashi adalah kue khusus atau special. Masyarakat Jepang juga akan menyebut kue dengan okashi. Artinya adalah kue manis. Saat ini wagashi terbuat dari mochi atau tepung beras ketan, dango, azuki, buah buahan dan bahan alami lainnya , tidak mencampur dengan bahan industrial atau konvensional, sehingga kue ini benar-benar sehat.

Wagashi memiliki rasa manis yang ringan, tidak bikin eneg. Untuk pemanis biasanya menggunakan bahan bernama wasambonto, salah satu jenis gula tertua di Jepang, berbentuk bubuk yang lembut, aroma khas yang menambah kesan elegan. Sampai sekarang wagashi tetap dibuat dengan cara manual, dan dengan unsur seni yang artistik. Membutuhkan ahli tersendiri . Sebagian besar, wagashi dikemas dalam box cantik dan cukup mahal harganya, karena memang dibuat dengan cara manual yang tingkat kesulitannya cukup tinggi.

Wagashi paling populer di Jepang

Ada berbagai macam jenis wagashi , yang artinya bahwa wagashi ini tidak sekedar mengenai makanan atau masakan. Tetapi persiapan juga cukup rumit, misal jenis bahan yang akan digunakan, kadar air yang terkandung dalam setiap bahan, sangat diperhitungkan. Adapun beberapa jenis wagashi yaitu:

1. Wagashi Yokan

Wagashi Yokan ini salah satu jenis yang paling popular di Jepang sejak periode Edo(1603-1867) terbuat dari bahan agar-agar ( kanten) atau ekstrak rumput laut. Kanten bukan agar-agar pada umumnya yang kita konsumsi sehari-hari, kanten tidak perlu pendingin untuk bisa mengeras, teksturnya lebih kuat. Tidak ada rasa, jadi bahan ini sangat multifungsi , karena tidak ada rasa jadi bisa dikombinasi dengan rasa apapun sesuai selera.  Karena transparan dan mudah dibentuk, ini sangat membantu sekali untuk kreativitas. Pas untuk oleh-oleh atau kado.

2. Wagashi Namagashi

Wagashi Namagashi ini ibarat wanita sangat lemah lembut, anggun dan gemulai. Indah sekali yang menunjukkan banyak aspek keindahan negeri Jepang. Secara artistik, Wagashi  Namagashi membangkitkan esensi dari setiap musim di Jepang. Berbagai simbol kehidupan di Jepang, bisa diwakili dengan penampilan wagashi Namagashi . Keanggunannya bagaikan puisi yang bergema.

3. Wagashi Monaka

Biasanya terdiri dari 2 biskuit manis yang terbuat dari beras ketan, yang dalamnya diisi azuki. Banyak juga variasi isi, seperti buah -buahan, biji- bijian, atau jelly. Sedang bentuk biskuit bisa macam- macam. Bulat, persegi, oval dan lain-lain.

4. Wagashi Manju

Salah satu wagashi dengan bahan yang dikukus, biasanya dari beras ketan. Isinya masih tradisional yaitu azuki.

5. Wagashi Higashi

Terbuat dari tepung beras ketan, tepung maizena dan gula wasambonto . Kue ini jenis kering, punya karakteristik yaitu memiliki kelembaban khusus, untuk itu  kue ini sangat kering. Rasa yang sangat ringan, tidak terlalu manis, sesuai untuk disuguhkan bersama teh hijau.

The art of five sense

Penampilan

Karakteristik utama dari wagashi adalah bahwa makan kue ini seperti menikmati dessert, makan sambil mata melihat dengan cermat, karena membangkitkan semua indera kita, bukan hanya rasanya, tapi warnanya, bentuknya, desainnya yang menginspirasi pada umumnya , sastra Jepang, lukisan, atau yang mewakili alam, flora dan fauna.

Rasa dan aroma

Ini adalah kue yang mengundang kita untuk mencicipi rasa yang berbeda dari bahan-bahan alami dan mengungkapkan kepada kita semacam seni yang tidak akan kita temukan di kue biasa. Aroma yang memancarkan wagashi yang lembut dan halus karena bahan-bahan alami.

Tekstur

Untuk mengapresiasikan bahwa wagashi itu sangat lain, maka teksturnya harus lembut, lembab atau renyah ketika menyentuh lidah atau jari. Kualitas yang ada dalam wagashi merupakan ungkapan dari kesegaran, kualitas dan keunikan masing-masing.

Suara

Nama-nama yang ditambahkan pada setiap jenis wagashi berasal dari berbagai lirik puisi klasik Jepang, sementara yang lain bisa berkaitan dengan peristiwa dan tanggal penting.


Seni makanan yang sebenar-benarnya

4 musim yang ada di Jepang, didefinisikan dengan baik , juga sering digambarkan dengan wagashi ini.

Pada musim semi kita sering menemukan wagashi dalam format plum dan bunga sakura. Jika musim panas, format-format menyegarkan yang terbuat dari agar-agar dan sari pati kentang. Penampilan mirip air sungai dan gunung salju. Pada musim gugur, wagashi terinspirasi dengan format daun maple warna selaras musim gugur.

Di musim dingin, wagashi memiliki warna yang lebih gelap dan bahkan dapat disajikan dengan hangat seperti contohnya adalah zanzei, yaitu mochi bentuk persegi yang dimasukkan ke dalam soup azuki.

Seperti yang telah saya uraikan di atas, wagashi bukan sekedar kue simpel yang berasal dari Jepang.  Wagashi merupakan seni dalam bentuk makanan , seni yang sebenar-benarnya. Sebuah kue bisa mewakili sifat berbagai bentuk flora, fauna, fenomena alam, bulan, bintang, matahari, bumi, air, gunung,kabut, hujan, salju, angin.

Lanskap gunung dan sungai dan juga benda-benda seperti kipas Jepang(sensu), layar bambu(sudare), strip tipis berbentuk kertas yang biasanya untuk menulis puisi (tanzaku), semua itu bisa diwakilkan dalam sebentuk kue manis Bangka wagashi. Nama-nama wagashi menggambarkan dari dunia sastra dan puisi kuno yang dimiliki Jepang.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jogja ohh...Jogja..! Part 1

Tahun 80-an (anak-anak Jogja).

Nama-nama Jepang dan Mengenal Huruf Jepang