SENSITIVAS MODERN (KEPERCAYAAN ITU UNTUK DIHORMATI, BUKAN UNTUK DIPERDEBATKAN)

Tanpa bermaksud untuk menggurui, setiap Hari Raya Idul Adha,, sampai saat ini masih saja membaca opini-opini yang ingin menunjukkan bahwa dirinya mempunyai perasaan yang lembut hati, sensitif, sehingga melihat penyembelihan kambing atau sapi saja sampai segitunya merasa ngeri atau menilai sesuatu hal yang sangat kejam. Ini lucu kalau mereka yang merasa begitu itu tidak konsisten.
Idul Adha adalah ajaran yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Ibrahim tentang keimanan dan ketauhidan dalam Islam. Sejak kecil saya selalu mendengarkan kisah nabi-nabi dari guru ngaji saya. Termasuk nabi Ibrahim, yang menikah dengan Siti Sarah, tetapi karena lama tidak mempunyai keturunan maka Siti Sarah menganjurkan nabi Ibrahim menikah dengan Siti Hajar, yang merupakan pembantunya di rumah.
Dari Siti Hajar, nabi Ibrahim mempunyai keturunan bernama Ismail (kelak menjadi nabi Ismail). Namun pada suatu ketika, tepatnya pada malam 8 Zulhijah Nabi Ibrahim bermimpi didatangi seseorang yang membawa pesan dari Tuhan, yang berisi perintah untuk menyembelih anaknya.
Nabi Ibrahim pun kaget dan muncul keraguan padanya, apakah perintah itu memang dari Tuhan atau tidak
Di kemudian hari, kejadian mimpi ini diperingati umat Islam dengan mengerjakan puasa sunah hari tarwiyah (hari merenung).Malam berikutnya, Nabi Ibrahim kembali mendapat mimpi yang sama.
Pada mimpi yang kedua ini, Nabi Ibrahim semakin yakin bahwa perintah tersebut memang berasal dari Allah SWT. Oleh karena itu pada tanggal 9 Zulhijah, umat Islam memperingatinya dengan puasa hari Arafah (hari pengetahuan), yakni hari ketika Nabi Ibrahim mengetahui pesan yang berisi perintah menyembelih anak.
Itulah kisah yang melatarbelakangi umat Islam merayakan kurban hingga saat ini. Bahkan Idul Adha ini lebih agung daripada Idul Fitri.
Terkait dengan perayaan Idul Adha ini, hari ini saya banyak sekali membaca komentar yang sama sekali tidak mencerahkan. Dan lucunya lagi, komentar-komentar itu keluar dari penganut agama Islam itu sendiri.
- agama yang penuh rekayasa, demi kepuasan sang nabi palsu.
- layak direnungkan bagi para pemeluk agama Islam tentang pengucuran darah
- perihal kurban tidak pernah dapat diterima oleh penalaran saya, apalagi kemudian setelah saya punya anak. Saya sepakat bahwa dogma tersebut sangat berlebihan, lagi pula kalau mau memberi fakir miskin, daging satu hari itu tidaklah terlalu berarti. Inilah salah satu contoh kekonyolan dogma agama-agama samawi.
Pokoknya banyak banget komentar, yang mana mereka ingin menunjukkan sensitivitasnya, kelembutan hatinya. Atau entah..
Ketika tradisi melakukan potong ayam,, ketika tradisi melakukan potong kerbau.,semua dianggap KLENIK. Tapi ketika Islam melakukan RITUAL pemotongan kambing, sapi...semua dianggap kekejaman, penipuan dogma, agama gila, dan lain-lain.
Sama hewan, sama sama darah termuncratkan, MUNCRAT, kayak klepon isi gula jawa itu. Apa yang merasa sensitif perasaannya terhadap hewan itu tidak mengkritik macam perusahaan-perusahaan besar yang mengekspor daging sapi? Australia, New Zeland, Brasil, Argentina, mereka pengekspor daging sapi yang jumlahnya cukup besar. Mereka menyembelih sapi setiap hari dengan jumlah yang cukup besar? Mana komentar kalian?
KFC juga membutuhkan beribu-ribu ayam setiap hari. Kalian penikmat ayam goreng, yang berkomentar bahwa Idul Adha adalah hari pembantaian, ngga komen? Kalian juga tentunya penikmat soto ayam, rawon, sate,atau bahkan ikan bakar , pecel lele juga, itu sama-sama hewan, malah lebih imut lho hewannya.
.
Setidaknya kita harus belajar dan cukup memahami tentang apa, bagaimana, dari mana dan kemana arah moralitas manusia, kemanusiaan beserta segala dualitas yang ada di dalamnya, dan tahu arti dari kurban itu adalah mendekatkan. Nahh... jika bisa memahami hal-hal di atas itu dengan lebih luas dan dalam, maka kita tidak akan melihat hal itu (kurban) sebagai sebuah kekejaman yang gila.Saya rasa kita sudah paham tentang masalah bahasa simbol, simbolisasi.
Konsep kurban itu sehat akal hehe....apalagi jika kemudian kita melihat kenyataan bahwa setiap orang memiliki kapasitas yang berbeda-beda dalam hal memahami, dimana seperti sebuah piramid, bagian dasarnya adalah orang orang yang tidak dapat dan atau tidak mau memahami secara lebih,dan mereka yang tidak bisa dan atau tidak mau itu membutuhkan kerangka fisik (physical guide frame)... dan bukan hanya logical argument...semua serba logika.
Anyway (jadi ngelantur nih sayahehehe..), terlepas dari semua yang saya tulis diatas, saya juga setuju bahwa sebuah perubahan system harus dilakukan. Misalnya, melakukan di tempat yang seharusnya memang tempat penyembelihan kurban, tertutup, hanya petugas saja yang boleh di tempat. Petugas juga sudah mempunyai teori atau ilmu dalam menyembelih hewan.
Membahas (ajaran) agama tidak cukup dengan imajinasi dan spiritual, perlu perspektif yang lebih luas. Kalau mau konsisten jika kita sensi dengan perayaan kurban ini, seharusnya kita juga mengkritisi penyembelihan hewan di RPH. Sebab jumlah hewan yang dipotong dalam setahun di RPH lebih besar dong dibandingkan jumlah hewan yang dipotong selama Idul Adha. Seharusnya kalau kita konsisten , kita mengkritisi juga dong semua perusahaan baik skala besar maupun kecil yang menjual olahan daging.
Allah sudah menciptakan hewan-hewan itu sebagai konsumsi untuk manusia sehingga menyembelih hewan untuk dimakan dagingnya apalag kemudian daging itui dibagi-bagi kepada orang lain itu merupakan salah satu bentuk ibadah kepada Allah. Lain halnya kalau kita memperlakukan hewan-hewan itu dengan cara sadis tanpa ada manfaat yang bisa kita ambil. Tentu hal seperti itu tidak diperkenankan oleh Islam. Tapi kalau memang hewan itu kita ambil manfaatnya entah itu berupa daging dan susu atau yang lain itu bukan suatu bentuk kekejaman kepada hewan.
Kembali pada kisah nabi. Pada masa nabi Ibrahim ujiannya berat, Allah menguji kecintaan dan kepatuhan nabi Ibrahim kepada Allah. Saat ini kita di uji , hanya saja bukan mengurbankan anak kita, tapi hewan ternak. Sekarang pertanyaannya: Apakah kita lebih mencinti Allah ( tuhan kita) dibandingkan hewan kurban tersebut?
Jika situasi sekarang masih seperti ini : kenapa anak anak di perbolehkan melihat? Anak anak juga di ajarkan kegiatan agama, bagaimana pengaruhnya terhadap karakter anak? Itulah tugas orang tua untuk meluruskan dan menjelaskan makna dari kegiatan tersebut,
Selain itu dengan adanya kegiatan kurban, hal tersebut menjadi pelajaran bagi kita bahwa semua yang hidup di dunia ini akan mati, jadi kita tidak boleh mencintai sesuatu hal yang tidak abadi dengan berlebihan,
Mengecam.?
Menghujat.?
Menghina.?
Brainwash.?
Meskipun masih terbatas pada pernyataan kata, namun adakah nilai nilai moralitas kemanusiaan yang kita junjung tinggi tercermin di situ? (pun jika itu beralasan penyadaran) dan bukankah pernyataan yang keras itu secara tidak langsung juga pengajaran moral, contoh moral yang bisa dibilang buruk.? Sedang kita berusaha untuk memperbaiki moralitas kemanusiaan kita..
Mohon maaf dan boleh koreksinya jika ada yang menyalahi.
Terima kasih.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jogja ohh...Jogja..! Part 1

Tahun 80-an (anak-anak Jogja).

Nama-nama Jepang dan Mengenal Huruf Jepang