Cinta Jarak Jauh
Waktu makan siang sudah terlambat. Aku harus makan siang karena sudah begitu lapar setelah sejak pagi menyelesaikan pekerjaan.
Sebuah pesan WA masuk.
”Pesen hotel donk sayang. Aku pengen tidur di hotel. Ntar malam selesai acara, aku langsung ke hotel,” pesannya padaku.
”Iya, ntar aku booking in by phone…”, aku makan siang dulu, laper.
Malam itu dia tiba di hotel sekitar jam 19:00. Aku menyusulnya beberapa saat.
“Kita jalan sebentar yuk,” ajaknya.
Aku segera beranjak dari sofá dan mengenakan tshirt , celana jeans pendek, dan diapun menarik tanganku tanda ingin segera keluar.
Tadi aku memaksanya ingin karaoke karena setelah sekian lama bersamaku belum pernah kami karaokean bersama.
Malam itu kami habiskan waktu, menelusuri taman , sinar bulan menembus melalui celah-celah pepohonan, menciptakan romantisme.
Entah sampai jam berapa kami berdua menghabiskan waktu malam itu,dia memelukku dan aku memeluknya.
Minggu pagi . Breakfast bersama, menikmati secangkir black caffee, dan aku memilih teh hijau dan sekeping chookies.
“Sayang, nanti malam aku balik, kamu baik-baik di sini ya, biarkan rindu itu selalu ada dan tumbuh, sehingga kita bisa merasakan bahwa cinta ini ada,” tangannya menggenggam tanganku, seolah berat untuk saling berjauhan.
Aku tak dapat berkata-kata, hanya sebuah kecupan lembut aku berikan di wajahnya. Kutatap sepuasnya wajahnya, dia balas menatapku.
Satu buah mangga habis dimakannya.
”Lapar ya sayang…?” aku memecah keheningan hati.
“Sini sayang…,” panggilnya padaku.
Aku pun mendekat dan rebah di sampingnya.
Muachhh… “Aku suka baumu sebelum mandi.” Ciuman berganti ke bagian leher dan tengkuk dan membuatku suka.
“Ehmm… udah ah sayang aku mau mandi dulu, bangun tidur ini.”
Tapi tangan dan bahunya yang kekar mendekapku sampai aku tidak bisa bergerak.
“Aku nanti pulang ya sayang,” lanjutnya. Dia mengulangi lagi.
“Iya… trus kapan sayang kembali ke kota ini lagi?”
Dilepasnya lengannya dari tubuhku.
Aku segera beranjak ke kamar mandi
”Udah mandi yaaaa?” tanyanya.
”Udah dong,seger nih coba cium aroma sabun dari tubuhku,” kudekatkan tubuhku ke hidungnya .”
Kujatuhkan lagi tubuhku di sisinya. Kupeluk dan kucium dia.
Anganku, ah… dia sudah akan pergi.
”Kamu ke kotaku ya sayang…” bisiknya lembut di telingaku.
”Iya sayang…” janjiku.
Tapi sempat-sempatnya di bercanda, ”Kapan lagi yach dapat ciuman hot kayak gini?”
”Ihhh… sayang gitu ahh…,” tapi aku sungguh suka bersamanya hari itu.
Dipeluknya aku lebih erat. Tenang rasanya ada di pelukan hangatnya. Pelukan sayang yang sulit aku rasakan karena berjauhan.
Seharian bersamanya, .nonton, bercerita, tiduran dan tau-tau hari sudah menjelang malam.
”Makan yuk sayang…” ajaknya beberapa saat kemudian.
Aku iyakan ajakannya meskipun perut tidak terasa lapar. Entah kenapa padahal sudah waktu makan malam.
Sepiring spagetti tidak sanggup aku habiskan begitupun dia. Adakah hal sama yang kami pikirkan sehingga membuat tidak ada nafsu makan? Hmmm…
Waktupun bergerak dengan cepat tanpa kusadari. Dia masukkan semua barangnya di tas ranselnya. Dan dia pamit.
Waktupun bergerak dengan cepat tanpa kusadari. Dia masukkan semua barangnya di tas ranselnya. Dan dia pamit.
Dia menarik tubuhku dan memelukku erat, menciumiku. Kuciumi dirinya sepuasnya. Dan kucoba sekuat tenaga untuk tidak menangis di pelukannya karena dia tidak suka melihatku menangis. Tapi aku tidak bisa. Namun berusaha menyembunyikan. Aku tidak bisa berkata-kata lagi. Entah kapan lagi aku bisa bersama dengannya lagi.
Malam ini dia pulang, kembali ke tempat seharusnya dia berada, bekerja di kotanya.
Beberapa kali aku menangis karena dia, tapi ini mungkin yang terparah bagiku. Serasa tidak rela melepasnya pergi tapi aku harus melepasnya pergi.
“Thanks for everything,”sayang, besok aku telpon ya…,” dan cepatlah pulang agar tidak kemalaman.
Aku mengangguk.
Aku membuka pintu hotel dan dia mengikutiku ,karena dia akan segera menuju airport, hanya kata-kata ini yang sanggup kuucapkan, “Hati-hati ya sayang…,” ketika dia masuk ke dalam uber yang akan membawanya ke airport.
Aku sayang kamu… hati-hati ya sayang, doaku selalu menyertaimu. Tapi kata-kata ini hanya sanggup aku ucapkan dalam hati saja.
Bau parfumnya masih tertinggal di sini dan aku sudah merindukannya kembali.
Bau parfumnya masih tertinggal di sini dan aku sudah merindukannya kembali.
Komentar
Posting Komentar