Puisi Senja 9 Juli 2020
Di sini diberanda kata.
Tempat di mana kita saling menjalin jemari.
Ketika senja,kata-kata itu tercipta.
Luruh dipangkuan waktu.
Tempat di mana kita saling menjalin jemari.
Ketika senja,kata-kata itu tercipta.
Luruh dipangkuan waktu.
Masih lekat tatapanmu di mataku.
Lalu dengan kehangatanmu, kau tersenyum.
Sungguh aku tak ingin berakhir.
Tak ingin senja itu menyembunyikan bayangmu
Lalu dengan kehangatanmu, kau tersenyum.
Sungguh aku tak ingin berakhir.
Tak ingin senja itu menyembunyikan bayangmu
Di balik tirai jendela kamar.
Bersandar pada dinding.
Kupandangi senja itu.
Tenang, tak berawan hitam.
Ada kamu yang terus bermain-main di sana.
Bersandar pada dinding.
Kupandangi senja itu.
Tenang, tak berawan hitam.
Ada kamu yang terus bermain-main di sana.
Pernah melewati waktu.
Membawa kita dalam ujung kenangan.
Indah tersisa rasa mendebarkan.
Seperti berbisik kembali bersama angin.
Yang menembus ruang dan waktu.
Membawa kita dalam ujung kenangan.
Indah tersisa rasa mendebarkan.
Seperti berbisik kembali bersama angin.
Yang menembus ruang dan waktu.
Ada semacam rindu yang menyelinap.
Kubersandar lagi di balik tirai jendela.
Meresapi senja bersama rasaku padamu.
Mengabadikan seluruh jejakmu dari ingatan.
Dari waktu yang tiba -tiba berlalu.
Kubersandar lagi di balik tirai jendela.
Meresapi senja bersama rasaku padamu.
Mengabadikan seluruh jejakmu dari ingatan.
Dari waktu yang tiba -tiba berlalu.
São Paulo, 9 Juli 2020(16:55)
Komentar
Posting Komentar